Kaya Hati, Kaya Harta

20 September 2007

Cinta kepada dunia adalah biang setiap kedurjanaan. Uang adalah penyakit terganas didalamnya. Penyakit ini akan menyebabkan seseorang gila kerja dan kikir setengah mati. Karena uang, manusia dengan mudah saling menumpahkan darah, memutuskan tali silaturahmi, dan meninggalkan perintah Tuhannya.

Kini hiruk pikuk ekonomi telah mendominasi warna kehidupan manusia. Batas-batas yang sudah ditentukan oleh Allah banyak diterjang, dengan dalih karena tuntutan hidup, pemenuhan kebutuhan dirinya, anak dan keluarganya. Si A menipu, berzina, mencuri, riba, dan menyuap. Si B menjual minuman keras, bekerja di bar, dan menjadi penari di night club-night club. Si C menenteng tasnya ke negeri kufar, Amerika atau Kanada, lalu menjual babi, mendagangkan arak, dan menyerahkan kewarganegaraannya ke pemerintah kafir itu. Si D dengan sangat menikmati pekerjaan yang memaksanya untuk bermuka dua, berbohong, berpolitik kotor asal mendapat jabatan dan kedudukan yang ia impikan. Halal adalah segala hal yang ada di depan mereka, dan haram adalah yang jauh dari mereka. Sedang si E menyambung malam dengan siang untuk urusan ujian, kerja atau mengais rezeki meski harus meninggalkan sholat dan kewajiban syar’i yang lain. Meski demikian, kedzaliman yang mereka perbuat masih saja terasa manis, karena mereka selalu melumasinya dengan tumpukan-tumpukan alasan. Hingga sesekali terucap: “Aku tak akan bermaksiat kepada Allah, jika tidak terpaksa".

Apa yang akan terjadi jika urusan dunia lebih di utamakan ketimbang agama? Akhiratnya telah tergadai dengan secuil dirham. Ungkapan yang lebih shahih adalah bahwa dia telah menjual agama dan dunianya sekaligus, kenikmatan sekejap –itupun jika ada– harus dibayar dengan penderitaan menahun.

Islam agama yang universal, tak ada sekerat pun urusan manusia yang luput dari ajarannya. Termasuk dunia, tempat berpijak manusia menjalani kehidupan. Dengan sangat bijak Islam tidak melulu memberikan ajaran-ajaran akhirat oriented, namun juga memberikan pegangan bagi ummatnya untuk bisa bersaing dalam kancah dunia. Ekonomi yang menjadi masalah paling mendasar dalam kehidupan manusia di bumi, mendapat porsi perhatian dari Islam yang tidak sedikit.

Iya, karena itu tidak lah kita perlu melirik trik-trik kaum kuffar dalam melakukan usaha ekonomi. Di Islam ada. Islam mempunyai konsep syukur, konsep Birrul wallidain dan silaturrahmi, penunaian umrah dan haji, menikah, shadaqah dan lain sebagainya sebagai jalan menjemput kekayaan harta. Buku ini memapar beberapa trik syar'i dalam usaha meraih kaya harta, dibarengi trik memperkaya hati sekaligus. Dimana nanti akan menjadikan kita seorang yang "kaya diatas kaya". Harta ada, dan hati terisi. Masuklah dalam Islam secara kaffah, secara sempurna. Jangan karena iming-iming secuil nikmat kita korbankan syari'at. Dalam ibadah kita seorang muslim, dalam perusahaan kita seorang muslim, dalam dunia bisnis, di jalan, di politik, pastikan kita tetap menjadi seorang muslim dengan istiqamah menerapkan syari'at islam di dalamnya.

Kekayaan hati yang lebih diseru oleh Islam, digiring dengan beberapa konsep dalam buku ini. Dipaparkan bagaimana kita harus berkaca pada kehidupan Rasulullah, sahabat dan tabiin, bagaimana kita harusnya bertawakkal, memperhatikan qadha-qadar yang telah ditetapkan, keutamaan zuhud dan konsep lain yang akan membuka hati kita menjadi lebih lapang.

Semoga Allah senantiasa menunjukki kita dengan Al qur'an dan huda Rasulullah saw., menjadikan sebaik-baik amal di akhir usia kita, menjadikan sebaik-baik hari adalah hari ketika kita bertemu dengan-Nya. Sesungguhnya Allah Maha suci, Maha kuasa atas segala sesuatu.

'Kaya Hati, Kaya Harta', terbitan Arafah Group Solo, 2007. nan

0 Coments, alhamdulillaaah..: